Q and A : PUTRI INDRI ASTUTI
TERKABUL SUDAH. Aku memang
pernah berdoa agar bisa merasakan langsung berteman dengan BAD-MAN. Mungkin ini hanyalah segelintir keinginan terpendam, -
“ingin mengerti arti hidup”.
Berpikir terbuka. Tidak
Sombong. Dan aku berharap tidak menjadi sesosok manusia yang selalu merasa
benar. Tidak barat atau timur, hampir semua makhluk yang kukenal penggemar
berat marijuana dan heroin. Yang
sangat mencengangkan lagi dan lagi, diantara mereka ada yang menjual belikan
barang haram tersebut. They told to me
“their Bastards”, pengakuan yang sangat Gentle-MAN!
itu yang membuat bibirku tertutup rapat dan tanpa suara.
Semua ini ada alasan
tentunya: 1) Friendship, coba deh
dengerin lagu Slank “Makan gak makan
asal Ngumpul” 2) Runaway from problems,
anehnya mereka sadar betul kalo itu malah hanya akan memperburuk kondisi tubuh
dan tak akan pernah lari dari kenyataan. 3) Jika gak transaksi benda haram ini,
makan apa aku? It’s all about choice, my
friends. Kisah klasik! Dan itu prinsip hidup mereka.
Rambut gimbal, berkacama
minus dan dia penggemar berat series bokep
jepang.. Temanku yang satu ini beda. Dia
amat sangat sibuk dan mandiri. Seorang aktifis sejati yang mendedikasikan
hidupnya hanya untuk membantu orang lain. Aktif memberi bantuan tenaga dan
amateri hingga kepelosok beberapa negara konflik di Afrika. Sekaligus pemerhati
lingkungan, khususnya pembabatan hutan di Kalimantan.
Mereka semua unik sekali
dengan berbagai latar belakang sosial. Yang jelas semua baik terhadap diriku, Peace and Respect. Aku selalu dijaga dan
dihormati sebagai muslimah. Buktinya, aku bisa sholat 5 waktu dan diberi Private ROOM. Itu hal terindah yang
pernah kurasakan di belahan dunia lain.
Haram atau Halal. Mereka
semua menjamuku dengan segala suatu yang bahkan terbaik-terbaik, “serasa
dirumah sendiri”. Sebenarnya mereka jarang makan, saat bersamaku. Apakah aku
memakan jatah konsumsi ransum mereka? Ya sudahlah…
Terkadang, aku juga khawatir
dan merasa ketakutan setengah mati apabila hal buruk menimpaku. Waktu itu, dia
(Bulek) pernah berpesan kalau sampai mabuk berat dan melakukan hal buruk pada
Putri. Tolong katakana padaku besok paginya. Karena malam begini pikiranku
sedang kacau. Jujur aku hanya mengangguk dan menahan tawa melihat ekspresi dia.
Kok bisa dia berpesan seperti itu?
Janji! Dan harga diri itu
yang mereka pegang. Friend is everything.
Bagaimana ceritanya Kak Putri bisa solo traveling ke daratan Benua Eropa?
Semua berawal dari kegagalan
dan sedikit rasa kecawa saat mengikuti Exchange
Program Student di Finland. Ditambah dengan tak adanya kabar dari temenku
yang sedang kuliah di Jerman. Awalnya dia menyetujui tuk menumpang sebentar,
sambil aku mengajukan aplikasi beasiswa S2 di kampusnya. Selain itu aku juga
sudah membeli tiket pulang menuju Indonesia. Seperti biasa aku menggunakan PC
rumah “Host Family Finland” tuk berselancar di dunia maya. Sialnya! 90 Euro
melayang ke langit luas saat internet koneksi bermasalah di kala itu (host
family -Finland). Dan tak ada kabar
berita selanjutnya dari temen tercinta yang tengah menempuh kuliah di negri
Hitler sana, -“Pupus sudah harapanku”
Kuakui, aku memang cerobah.
Dan perjalanan sebenarnya baru saja dimulai.
Oh my GOD, Apa kisah selanjutnya ketika
rencana awal luluh lantah?
Segera, aku hubungi teman
lainnya dan mencoba jaringan backpacker dunia, Hospitality Club. Beberapa tahun sebelumnya, aku sudah pernah
menjejakan kaki di benua biru (Jerman dan Swiss), karena mengikuti pertemuan mahasiswa dunia yang
bergerak di bidang Pertanian, IAAS.
Satu persatu dari mereka kuhubungi
melalui e-mail. Dan negara yang di
tuju antara lain: Belanda, Jerman, Swiss, Belgia, Austria dan Turki. Apakah aku
dapat mengunjungi mereka saat itu? Tanpa diduga, belasan e-mail terjawab dengan
rasa antusias dan mengebu-gebu, “Respon
Positive from the Western People, Hoorey”…. Dan ku juga mendapat satu
undangan dari teman wanita asal lumajang yang menetap di Luxembourg.
Bagaimana kesan pertama melihat lebih
dekat belahan dunia barat seutuhnya?
RESPECT. Aku sedikit memaksa
tuk meneguk Bir demi persahabatan dan menghormati orang lokal. I like being a local person, not a stranger
from poor country. Mereka semua berwawasan global “open minded” dan sangat
percaya dengan tamunya (itu aku). Menyenangkan sekali, ketimbang TKI yang hanya
baik di muka saja, -“not always’. Masalahnya, aku selalu merana berjumpa dengan
warga Negara Indonesia selama solo
traveling.
Apa yang dilihat didengar dan dirasakan
selama 5 bulan di negri orang?
Di negri yang pernah
menjajah Indonesia selama tiga ratus
lima puluh tahun. Aku menyambangi, Red Light District. Lokalisasi serupa tapi
tak sama seperti di Dolly Surabaya. Mariyuana dimana-mana dan dilengkapi
kupu-kupu malam yang sangat aduhai.
Selain menikmati sosok kartun bernama Tintin di negri
asalnya. Aku melihat sisi kemanusian yang dilakukan kebanyakan warga Belgia.
Rasa kemanusian yang tinggi dan cinta akan lingkungan tergambar dari pola pikir
beberapa teman yang tinggal di Leuven - Belgia. Sangat aku kagumi usaha keras
mereka terhadap alam semesta. Salah satu aksi nyata untuk membantu negara
miskin (akibat perang saudara di Uganda, Nigeria dan beberapa negara rawan di
Afrika) dan penyelamatan hutan di pedalaman Kalimantan ( tuk selamatkan Orang
Utan). Selain itu mereka rela ditahan karena berusaha menyelamatkan lingkungan
dari para perusak yang tak bertanggung jawab.
Di Luxembourg, aku kena
kasus dituding merebut suami orang. Entahlah kenapa ini bisa terjadi. Seorang
wanita muda belia yang terluntang lantung di negri seberang dan beruntung
menikahi pria tua dari negri kaya eropa barat. Aku juga tidak begitu peduli dengan yang satu ini. Dan dialah satu satunya warga
Negara Indonesia yang mengundang diriku
tuk mampir kerumahnya waktu itu. Parhanya.
Aku di bawa ke restoran mahal saat pelesiran ke Perancis dan di suruh bayar
senndiri semua hidangan di atas meja. Sebenarnya, suaminya sering kali berkeluh
kesah dengan sikap istrinya yang boros dan tak tau tata karama. Sehingga aku
mempercepat masa tinggalku dengan mereka. Sebenarnya sang suami anggap aku
sebagai anak dan mau membiayai kuliahku di Jerman. Karena sikap istrinya itu, dia
bolak balik minta maaf padaku. Sudah seperti “kisah sedih di hari minggu”. SINETRON ABES.
Perjalananku berakhir di Turki.
Di sini, aku malah kehilangan cintaku. Memperjuangkan cinta sama dengan
memperjuangkan hidup. Bukan sekedar jalan-jalan biasa yang aku alami. Tapi
pembelajaran akan hidup yang lebih baik. Salah satu dari mereka sempat bertanya
"Kenapa orang-orang dari negara miskin (seperti India, Moldova, Butan bahkan
Indonesia tercinta) dapat lebih bahagia ketimbang beberapa Negara Eropa yg
notabene Kaya Raya?" aku hanya bisa diam karena tak punya jawaban. Dia
lalu melanjutkan, "Mungkin....aku akan pindah ke afrika dan memulai lagi
hidupku disana".
Semua pertanyaan itu membuat
diriku berpikir keras. Tanya kenapa? Everything will be alright. Semua dengan
mudah diraih bagi kaum borjuis di kebanyakan dunia barat. Cepat. Mudah. Hemat.
Turki oh Turki. Aku ingin berkunjung hampir
semua pelosok negri Turkey. Dimulai dari Izmir, Trabzon, Konya, Kayseri hingga
Pulau Cyprus. Semua itu sungguh misteri dan mebuat berdebar debar saat
mengetahui sejarah masa lampau dan melihat lebih dekat segala peninggalan kuno.
Negri yang benar-benar membuat diriku
terkejut, Shock Culture. Kaum muslim
di sana tidak beribadah (Only Old People). I
think, they’re like Indonesian People. But
I’m wrong. Poligami disana sebagai
kejahatan berat loh. Aku baru tau kalou di sana memiliki paham sendiri tentang
beragama.
Hingga detik ini masih terus
kutelusuri jawaban sebenarnya
Seberapa nikmat pelesiran seorang diri?
Dan apakah ada kejadian konyol?
NOMADEN. Mungkin aku memangg
bukan manusia yangg suka menetap hingga
ajal menjemput.
Paling konyol: Traveling
alone and get lost! Aku lupa alamat
apartemen temenku di Zurich- Swiss. Dan satupun tak ada yang bisa berbahsa
Inggris. Bukan hanya di Perancis loh
yang malas berbahasa Inggris, mungkin lagi apes aja. Akhirnya
muter-muter geje di tengah badai salju. Dan aku juga pernah dikira penculik
anak-anak ketika backpacking solo di Amsterdam-Belanda.
Ketika sudah tak ada uang di kantong, Apa
yang Putri lakukan tuk terus bertahan hidup selama perjalanan melintasi Benua
Biru?
Aku pernah ngamen dan kerja
serabutan (cuci piring di restoran), Walaupun hanya di bayar dengan sepotong
burger dan secangkir coke.
Aku sering Hitch Hiking selama berada di daratan
Eropa, -ini lazim dilakukan BackPacker. Tak perlu di antar sampai ke tempat
tujuan, dan aku juga berkali-kali bertukar mobil bahkan truck yang wara wiri
(dari pada jalan kaki mending nebeng walaupun hanya 1 kilometer). Ini yang kualami bersama teman
berkebangsaan Perancis, dan tentunya jalan kaki juga sempat kita tempuh berdua
dengan menenteng tas ransel ukuran JUMBO selama musim dingin. Salju berserakan
di mana-mana - “Jangan tanyakan berapa suhu minus saat itu”. Nasib sama-sama
KERE!
Sialnya lagi, beberapa supir menertawakan dan menghina
kita. Mereka memang tak punya hati, gumam teman bulek yang coba menenangkan
jiwaku - “hampir naik pitam”.
KONSER GRATIS! Aku cukup
beruntung mengenal seorang musisi lokal, dan datang lebih awal di Bar, “sangat
menyenangkan bukan”.
LUCKY! Faktor keberuntungan
yang selalu menjadi dewa penolong para anak adam yang sibuk melintasi planet
bumi, percayalah kawan. Berjuta kali berjumpa manusia baik (Eat – Sleep: FREE
of Charge). Hingga beberapa kali di bayarin tiket transportasi, Alhamdulillah.
Sewaktu di Wina - Austria, aku malahan di kasih segepok uang Euro, saat
meningalkan rumah sahabat karib yang bermata biru itu. Terlebih istimewa lagi
tak keluar sepeser uang receh selama terdampar di Istambul-Turki. Aku sempat
terperangah dengan kebaikan warga negara Turki. Hampir semua orang sana yang
kukenal baik-baik. Mereka begitu baik dan percaya sama turis, FAKTA! Ini yang mebuat aku jatuh cinta.
Tentunya kebaikan warga Turki sudah di kenal luas seantero dunia.
Setelah berhasil menerbitkan novel “Istambul
with Love”. Sebenarnya siapa yang menginspirasi
Putri tuk menulis?
Sedari dulu aku suka menulis dan terlalu sering mengirim
Puisi ke beberapa majalah anak-anak (Bobo dan Mentari) dan karya-karya terbaiku
juga terbit di sana.
Stress! Itu alasan utama tuk
menulis Novel. Terkadang terlalu penuh isi otak ini, dikaranekan seribu macam
bentuk teka-teki kehidupan yang sulit diterjemahkan “Over Dozes”. Aku cuma
menyukai karya Dan Brown dan JK Rowling,
serta tak pernah megidolakan seorang-pun. Tentunya, Kisah Harry Poter yang
mendebarkan dan pantas tuk ditunggu (Tamat).
Selamat lahir batin, Apakah sudah puas
solo traveling di Eropa?
Jujur, aku masih belum
merasa puas. Kembali berburu beasiswa tuk strata dua. Aku sempat mencoba di beberapa
kampus ternama Jerman. Dan DITOLAK! You are not eligible in our program, itu
jawaban terpedas dari mereka.
2011-2012 merupakan titik
balik dan tahun terberat dalam hidup. Mulai dari bekerja di Perusahaan Rokok
ternama negri ini. Terlilit masalah cinta dan keluarga. Hingga kabar tak jelas
dari beberapa kampus yang sempat kuincar saat itu. Apakah ini jawaban yang
kuingin ketika kembali ke tanah air? Aku terlalu memikirkan masa depan.
MAKE ME ALIVE. I do love
traveling alone. You can get lost. You can learn more, -“different feelings inside”. Gookill abes!
Akhirnya aku memutuskan menikah
dengan sahabat karibku (pejantan tangguh berkebangsaan Turki) dan melepesakan
beasiswa dari pemerintah Jerman. Karena aku memilih memulai hidup baru di
Turkey bersama keluarga besar suamiku di sana. Sesekali mesti LDR, karena sang
suami bekerjadi Mozambique dan aku kini menetap di Istambul.
And the last question, what’s your next project? (for 5 years
later)
WRITING! Publish next Novel
“wait and see soon”, speak few languages (Turkish, German, Spanish, Portugis,
Russia, France, Arabic), and I’m still traveling (To Afrika and some Middle
East Countries).
Happy
Ending
@12-12-2012 Honey Moon with Husband at Old Town
Antalya - Turkey.
@ Kaleici (Old Town). salah satu tujuan favorit
wisatawan dari Eropa. Kawasan pelabuhan yang siap membawamu menikmati teh khas
turki (cay) sambil berlayar. Ada banyak Hotel n Rumah klasik khas jaman
Ottoman, khas Turki.
@Namanya kofte, dari daging ayam berbumbu (dibakar). Tuh nasi namanya Pilav, campuran antara nasi putih dan coklat (rasanya gurih soalnya cara bikinnya digoreng dulu pake minyak trus baru ditambh air). Cabe hijaunya super besar dan dibakar setengah matang, gak pedes kok. Tomatnya juga dibakar setengah matang.
“Belajarlah
dari hal-hal buruk, maka Kau akan menjadi manusia yang bijaksana setelahnya”.
-Putri Indri Astuti
Menginspirasi sekali. Both of you :)
ReplyDelete