KENANGAN TERINDAH LEPAS LANDAS
Alarm meraung-raung!
Badan tiba-tiba meriang tak karuan, lemas dan sedikit pusing. Sayup-sayup terdengar pengumuman pesawat dengan tujuan Jakarta akan segara lepas landas.
Sekuat tenaga, ku berlari pontang panting sambil memikul ransel seukuran gajah. Tapi langkahku terhenti, ketika pemeriksaan paspor. Si petugas berulang kali membolak balik Paspor berlambang Garuda dan menatapku penuh curiga. Ku sadar seharusnya tidak begini ceritanya. Kaki lemas, jantung berdegup kencang dan keringat dingin pun menetes. Mulutku masih terus komat-kamit berdoa. Namun kemudian petugas berbadan tegap itu berkata halus, “Nikmati penerbangan Anda”.
Saat berjalan naik menyusuri tangga pesawat, diriku berada diurutan terakhir. Ku merasa sangat panik dan takut. Sial sekali hari ini, hampir saja kehilangan tiket Low Cost Carrier dan tak pulang ke tanah air, umpat diriku dengan nada ketus.
Di depan ku ada satu keluarga yang sedang sibuk menukar tempat duduk anak-anaknya. Mataku tertuju ke bangku kosong, dengan nomor urut 24 C. Sejenak keheningan menyelimuti kabin. Di saat tatapan nanar para penumpang lain yang menyambut kehadiranku.
Suasana dingin mencair ketika menatap senyum manis penuh rona bahagia itu. Semua terlihat alami dan berani.
Are you from Indonesia? tanya perempuan manis yang persis duduk di sebelahku. Oh ya, Am I look like Thai People now?
Aku sedang tak bisa memikirkan apa pun saat itu. Otak kumacet. Hanya mampu mengirimkan sinyal kebahagian keulu hatiku, mendorong senyum lebar selama percakapan singkat itu.
Rasanya aku ingin menghabiskan waktu cukup lama tuk duduk disampingnya. Apakah aku sedang jatuh cinta pada pandangan pertama? Yang tak kusangka terjadi juga.
Aku bingung dan selalu bingung kalau harus memulai obrolan dengan perempuan asing yang baru kukenal.
Wanita ini sungguh menyenangkan. Yaa… baiklah, ku akui bahwa aku ini lelaki yang kurang berpengalaman dalam urusan percintaan, tidak seperti ROMEO. Maka, sepertinya tak ada salahnya jika aku membuat catatan apa saja yang harus kulakukan ketika cinta datang kepadaku. Sebuah catatan pasti akan sangat berguna agar aku tak canggung lagi saat cinta itu benar-benar tiba.
Pengalaman pertama yang masuk ke alam bawah sadar memang kerap kali lebih membekas.
Gara-gara tidur
di bandara, rasa kantuk luar biasa sambut pagi yang suram. Setelah semalam
suntuk kedinginan, tanpa selimut dan kasur empuk. Ku beranjak dari bangku besi
panjang, dengan mata setengah terpejam.
Tak jauh dari
tempatku bersandar lemas. Beberapa backpacker
terkapar di lantai bandara, lengkap dengan Sleeping
Bag dan selimut tebal. Bukan cuma
satu makhluk, tapi terhitung ada dua belas kepala.
Masalahnya, aku
sempat khawatir di usir oleh pihak keamanan. Lagi pula, pesawat yang kutumpangi
terbang pada urutan pertama pagi ini.
Badan tiba-tiba meriang tak karuan, lemas dan sedikit pusing. Sayup-sayup terdengar pengumuman pesawat dengan tujuan Jakarta akan segara lepas landas.
Sekuat tenaga, ku berlari pontang panting sambil memikul ransel seukuran gajah. Tapi langkahku terhenti, ketika pemeriksaan paspor. Si petugas berulang kali membolak balik Paspor berlambang Garuda dan menatapku penuh curiga. Ku sadar seharusnya tidak begini ceritanya. Kaki lemas, jantung berdegup kencang dan keringat dingin pun menetes. Mulutku masih terus komat-kamit berdoa. Namun kemudian petugas berbadan tegap itu berkata halus, “Nikmati penerbangan Anda”.
Saat berjalan naik menyusuri tangga pesawat, diriku berada diurutan terakhir. Ku merasa sangat panik dan takut. Sial sekali hari ini, hampir saja kehilangan tiket Low Cost Carrier dan tak pulang ke tanah air, umpat diriku dengan nada ketus.
Di depan ku ada satu keluarga yang sedang sibuk menukar tempat duduk anak-anaknya. Mataku tertuju ke bangku kosong, dengan nomor urut 24 C. Sejenak keheningan menyelimuti kabin. Di saat tatapan nanar para penumpang lain yang menyambut kehadiranku.
Suasana dingin mencair ketika menatap senyum manis penuh rona bahagia itu. Semua terlihat alami dan berani.
Are you from Indonesia? tanya perempuan manis yang persis duduk di sebelahku. Oh ya, Am I look like Thai People now?
Aku sedang tak bisa memikirkan apa pun saat itu. Otak kumacet. Hanya mampu mengirimkan sinyal kebahagian keulu hatiku, mendorong senyum lebar selama percakapan singkat itu.
Rasanya aku ingin menghabiskan waktu cukup lama tuk duduk disampingnya. Apakah aku sedang jatuh cinta pada pandangan pertama? Yang tak kusangka terjadi juga.
Saat suplai
oksigen sudah terpenuhi, giliran jantungku yang jadi bermasalah. Berdetak
terlalu cepat, sehingga seolah memompakan darah yang terlalu banyak, terlebih
kewajah, membuatnya menjadi merah merona.
Aku bingung dan selalu bingung kalau harus memulai obrolan dengan perempuan asing yang baru kukenal.
Wanita ini sungguh menyenangkan. Yaa… baiklah, ku akui bahwa aku ini lelaki yang kurang berpengalaman dalam urusan percintaan, tidak seperti ROMEO. Maka, sepertinya tak ada salahnya jika aku membuat catatan apa saja yang harus kulakukan ketika cinta datang kepadaku. Sebuah catatan pasti akan sangat berguna agar aku tak canggung lagi saat cinta itu benar-benar tiba.
Pengalaman pertama yang masuk ke alam bawah sadar memang kerap kali lebih membekas.